Kata Kahlil Gibran, sahabat adalah kebutuhan bagi jiwa berarti kita
selalu membutuhkan seorang sahabat kan ….. seorang sahabat yang bukan
hanya sepintas lalu hadir dan terus pergi, tapi seorang sahabat yang
benar-benar ada di hati. Seorang sahabat sejati. Tapi masih adakah sosok
itu untukku ?? *edisi galau*
Sahabat sejatiku, hilangkah dari ingatanmu,
Di hari kita saling berbagi (penggalan lirik SO7)
Di hari kita saling berbagi (penggalan lirik SO7)
Seorang sahabat yang tak hanya melihat fisik serta rupa tetapi
menjadi sosok dalam bentuk apapun, menemani langkah kita kala sedih dan
bahagia. Sahabat bukan sekedar wadah untuk kita menceritakan segala
uneg-uneg tapi mampu berkata jujur saat kita melakukan salah. Mampu
berkata YA saat orang lain serempak menyebutkan TIDAK. Tak mengharap
pamrih atau sekedar kado di saat ulang tahunnya. Kadang senyuman sudah
cukup mengatakan bahwa “AKU MENYAYANGIMU”.
Sebenarnya, sudah sejak lama aku mengalami ini. Sebuah kejadian
dimana perasaan “menjadi seorang sahabat” mulai luntur. Kami tak bisa
lagi tertawa haha hihi atau telpon berjam-jam untuk bergosip ria. Kami
sedang tak ingin mengatakan “like this” di Facebook. Kami sedang tak
ingin berbalas status dan berbicara ngalor ngidul di Twitter. Kami
sedang ingin berdiam diri. Kami lebih banyak berdialog dengan hati
masing-masing.
Ada sesuatu yang tak bisa kuungkap disini. Seandainya dia membacanya, mungkin hanya dia yang merasakan. Biarkan sajalah.
Tapi kadang, aku menyangkal si hati. Bahkan hampir setiap hari
kutengok status terbarunya di Facebook. Kulihat beberapa kumpulan foto
kami saat hati masih bersatu. Kulihat lagi beberapa kado lama sisa
pemberiannya. Tulus dan ikhlas.
Kemudian air mata mengalir, bukan di pipi tapi di dalam sini. Rasanya sedih yang amat sedih.
Entah darimana ini semua berawal, kucoba telusuri tapi semuanya
begitu rumit dan berkelit. Harus ada pertemuan dari hati ke hati. Tak
ada ujungnya bila semua saling menyalahkan. Tak ada akhirnya bila saling
menunjuk. Tak ada akhirnya bila si EGO masih jadi pemuas nafsu.
Ya, perubahan terjadi dimana-mana. Kadang perubahan itu menjadi lebih
baik. Tapi kadang perubahan itu menyakitkan. Depends on situation,
right ?? dan aku tak mau berada di bagian yang menyakitkan itu.
Bisakah kucairkan kembali rasa itu ?!
Harus kukembalikan “kebutuhan jiwaku” itu. Harus kurajut lagi si
benang merah. Harus kusambung lagi si jembatan yang hampir roboh itu.
Harus kukayuh lagi sepeda kumbangku menuju hatinya. Harus kusambung
bagian yang retak itu.
Karena sahabat sejati bukanlah saat ini, tapi untuk selamanya. Karena
sahabat sejati bukanlah sesaat, tetapi tak terukur rentangnya.
Sahabat adalah kebutuhan jiwa yang mendapat imbangan
Dialah ladang hati yang dengan kasih kautaburi
Dan kau pungut buahnya penuh rasa terima kasih
Dia pulalah naungan sejuk keteduhanmu
Karena kau menghampirinya di kala hati gersang kelaparan
Dan mencarinya di kala jiwa membutuhkan kedamaian
Dialah ladang hati yang dengan kasih kautaburi
Dan kau pungut buahnya penuh rasa terima kasih
Dia pulalah naungan sejuk keteduhanmu
Karena kau menghampirinya di kala hati gersang kelaparan
Dan mencarinya di kala jiwa membutuhkan kedamaian
(Kahlil Gibran)
0 komentar:
Posting Komentar